|
Mengisahkan suatu komunitas, lembaga, atau sejarah hidup pribadi, tentu tidak lepas dari aneka peristiwa dalam konteks ruang dan waktu yang melukiskan perkembangan manusia, baik secara perorangan maupun kolektif. Terbersit juga spirit mulia yang dihidupi dan diperjuangkan dalam setiap perkembangan itu. Alkisah, RP Isfried Meijer SS.CC, seorang misionaris Belanda dengan semangat membawa kabar baik dan pencerahan pengetahuan kepada semua orang di Tanjungpinang, merintis sekolah Tionghoa berbahasa Inggris. Sekolah ini kemudian menjadi cikal bakal sekolah-sekolah Katolik di Tanjungpinang. Pastor Meijer ditugaskan sejak tanggal 12 Februari 1939. Ia mengajar Bahasa Inggris sekaligus sebagai manajer yang mengelola sekolah. Dalam menjalankan tugas, ia dibantu oleh RP. Edmund Corijn SS.CC. Dengan alur dan dinamika kemerdekaan Indonesia sekolah ini hanya bertahan sampai tahun 1962. Selanjutnya sekolah ini dikelola oleh Yayasan Tunas Karya Keuskupan Pangkalpinang. Tantangan dan kesulitan membenam dalam jiwa mereka yang menginginkan kelanjutan sekolah putra dan putrinya. SD Katolik telah lama berdiri dan SMP Katolik telah berproses sekian tahun. Kemanakah putra dan putri kami melanjutkan sekolahnya? Terpaksa para orang tua mengirimkan putra-putrinya ke Pangkalpinang untuk di sekolahkan di SMA Santo Yosef dan SPG Santa Theresia. Tentulah membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan juga seolah-olah memisahkan anak-anak dari orang tuanya. Kesulitan ini dipertimbangkan sebagai kesempatan pelayanan oleh Yayasan Tunas Karya untuk mendirikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di kawasan Bumi Segantang Lada, Tanjungpinang Melayu Kepulauan Riau. Bermodalkan izin operasional kanwil Depdikbud Provinsi Riau tertanggal 26 Mei 1993 dengan nomor 576/I09/G4/13/1993, embrio komunitas SMAS Katolik Santa Maria Tanjungpinang pun telah terbentuk. Namun wadah bernaung yang membesarkannya belum terbangun. Proses belajar mengajar pun bak musafir menumpang ruang selanjutnya pergi, lalu menumpang lagi di ruang lain. Mula-mula di SMP Katolik, selanjutnya di SD Katolik karena memang bangunannya belum berdiri. Meskipun demikian, berkat kepiawaian personil negeri, kepala sekolah pertama, Bapak Paskalis Sugita, B.A (1993-1999), dibantu oleh 15 orang staf guru dan pegawai sekolah ini berhasil menamatkan angkatan pertama berjumlah 11 orang siswa. Pada tahun 1999-2009 SMAS Katolik Santa Maria dinakhodai Bapak Tries Budi, M, S.Pd. Berkat relasi dan hubungan baiknya dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, SMAS Katolik Santa Maria mendapat tempat bernaung yang tetap dengan alamat di Jln. Anggrek Merah Batu Kucing Kampung Bulang Kecamatan Tanjungpinang Timur Kepulauan Riau. Mengingat perkembangan siswa dari waktu ke waktu cukup baik maka Yayasan Tunas Karya membangun sebuah gedung lagi yang berdekatan dengan gedung sebelumnya. Kini di atas 2 bidang tanah yang masing-masingnya, 1390 meter persegi dan 1861 meter persegi, berdiri 2 buah bangunan kokoh berbalut sampul biru dan kuning, tempat mematri sanubari insan didik semboyan “unggul dalam mutu, dan terdepan dalam pelayanan pendidikan.” Biduk sekolah selanjutnya dinakhodai oleh Veronica Kurniatmi, S.Pd (2009-2014) dan Petrus Malo Lende, S.Ag (2014-2017). Pada rentang dua kepemimpinan ini, SMAS Katolik Santa Maria menjadi sekolah yang sangat inklusif. Terdapat 348 siswa Katolik, 17 siswa Islam, 743 siswa Budha, 342 siswa Kristen, dan 6 siswa yang beragama Konghucu. Mereka juga berasal dari latarbelakang suku yang heterogen; Tionghoa, Batak, Melayu, Flores, dan Jawa. Pada tahun 2017- akhir Desember 2020 dipimpin oleh Adrick Bernardy, S.Pd.Ing. Sekolah ini dikelola dan dibenah agar menjadi tempat ideal bagi para siswa untuk memperoleh kepenuhan dalam perkembangannya baik dari aspek intelegensi dan karakter, maupun dari aspek kecerdasan emosional. Lapangan basket dibangun, taman ditata apik, variasi kegiatan ekstrakurikuler, penambahan mata pelajaran English Cambridge, dan Bahasa Mandarin Muatan Lokal serta pendampingan perkembangan peserta didik melalui program bimbingan/konseling. Pucuk pimpinan komunitas selanjutnya adalah Thomas Mas Leiden, S.Pd (Januari 2021-sampai sekarang). Pada masa ini, proses belajar mengajar dilakukan secara online karena Indonesia dan dunia seluruhnya dilanda wabah Covid-19. Meskipun demikian, pelayanan pendidikan terhadap 164 siswa tetap terjadi dengan kurikulum penyesuaian. Siswa harus belajar dari rumah, beberapa orang tua mereka dilanda krisis ekonomi, serta kecemasan semua orang akan kesehatan-keselamatan diri, menantang insan komunitas untuk tetap mewujudkan keunggulan mutunya dan menjadi terdepan dalam pelayanan. Menangkap sejumlah peluang dan menjadikan tantangan sebagai keunggulan adalah keharusan untuk eksisitas dan kontinuitas kehidupan. Akhir cerita, SMAS Katolik Santa Maria lahir dan tumbuh dalam semangat misioner, membawa kabar baik dan pencerahan pengetahuan bagi siapa saja. Tantangan dan kesulitan silih berganti membuatnya semakin dewasa. Mari mengenang masa lalu sekolah dengan penuh syukur, memandang masa depannya dengan penuh harapan, serta menghayati masa kini dengan penuh semangat. |
||
![]() |
||
© Copyright 2021 SMAS Katolik Santa Maria Tanjungpinang